Adab Bertamu dalam Islam
a. Pengertian Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara
untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi
kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap
dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar
maka tujuan bertamu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan
persaudaraan. Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu
pada tiga waktu aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan
sebelum subuh. Allah SWT berfirman:
Artinya: “hai orang-orang yang beriman,
hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang
yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu
hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian
(luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’.(Itulah) tiga ‘aurat bagi
kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga
waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada
sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS An Nur : 58)
Ketiga waktu tersebut
dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya digunakan.
Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana
(karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak
dan anak-anak kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah
dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut
tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak istirahat, karena
terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya.
b. Contoh Bertamu
1. Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian
yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang
berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula
sebaliknya. Allah SWT berfirman :
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS
Al Isra : 7)
2. Memberi isyarat dan salam ketika
datang
Allah SWT
berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat.” (QS An
Nur : 27)
Diriwayatkan
bahwa:
اِنَّ رَجُلاً اِسْتَأْذَنَ عَلى النَّبِيِّ ص م وَ
هُوَ فِى بَيْتٍ فَقَالَ : “اَلِجُ” فَقَالَ النَّبِيُّ ص م لِجَادِمِهِ :
اُخْرُجْ اِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِأْذَانَ فَقَلَ لَهُ : قُلْ “السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَسَمِعَهُ الرِّجَلْ فَقُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ
اَدْخُلْ” فَاَذِنَ النَّبِيُّ ص م قَدْ دَخَلَ (رواه ابو داود)
Artinya:”Bahwasanya
seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau ada
di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda kepada
pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan “Assalmualikum, bolehkah aku masuk” lelaki
itu mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alaikum,
bolehkah aku masuk?” nabi SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)
3. Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang
artinya: “Dari Sahal bin Saad
ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah
Rasullulah SAW dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka
Rasullulah SAW bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok
matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena
untuk menjaga pandangan mata.” (HR
Bukhari)
4. Minta izin masuk maksimal sebanyak
tiga kali
Jika telah tiga kali namun belum
ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang pada lain
kesempatan.
5. Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum
tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas, terutama
jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la berkata: Aku
pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah beliau. Nabi
SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda: “Saya,
saya...!” seakan-akan beliau marah.” (HR
Bukhari)
Kata “Saya” belum memberi
kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama dirinya secara jelas
sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk
menerima kedatangannya.
6. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam
rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang
berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya.
Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama
halnya mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup
ditemui diluar saja.
7. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan
untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang
telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana
secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat
menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari
kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya),
lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin
memperhatikannya.
8. Menerima jamuan tuan rumah dengan
senang hati
Apabila tuan rumah memberikan
jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak
menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya tidak suka
dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa
menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah
mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah
menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.
9. Mulailah makan dengan membaca
basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah
hadits yang artinya: “Jika
seseorang diantara kamu hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa
menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu
waakhiruhu.” (HR Abu Daud dan
Turmudzi)
10. Makanlah
dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
Islam telah memberi tuntunan bahwa
makan dan minum hendaknya dilakukan dengan tangan kanan, tidak sopan dengan
tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya
dilakukan saat bertamu saja. Melainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah
sendiri maupun di rumah orang lain.
11. Bersihkan
piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa
malu apabila piring yang habis digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada
makanan yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap. Islam
memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia
yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan
tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu
menyisakan makanan pada piring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan
rasa jijik bagi yang melihatnya.
12. Segeralah
pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan
untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan
harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan
berkunjung. Hendaknya dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya,
terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang
waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah
telah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan
rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan rumah
menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai
membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekedar
pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika
tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
c. Hikmah dan Tujuan Bertamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu yaitu
mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar sesama manusia.
C. Adab Menerima Tamu dalam Islam
a. Kewajiban Menerima Tamu
Sebagai agama yang
sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya dalam menerima tamu.
Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW
menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur
kesempurnaan iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah
SAW:
مَنْ كَاَنَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ
فَالْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى)
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.”(HR Bukhari)
b. Contoh Menerima Tamu
1. Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu,
tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas pula dalam menerima
kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu berarti
menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang
berpakain rapi, bersih dan sopan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ Makan dan Minumlah kamu,
bersedekah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong dan
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada
hambanya.” (HR Baihaqi)
2. Menerima tamu dengan sikap yang
baik
Tuan rumah hendaknya menerima
kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya dengann wajah yang cerah, muka
senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan
tidak mau memandangnya secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat kepada
tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.
3. Menjamu tamu sesuai kemampuan
Termasuk salah satu cara
menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
4. Tidak perlu mengada-adakan
Kewajiban menjamu tamu yang
ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan rumah. Oleh sebab itu,
tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah
yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi yang kurang
mampu hendaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu memberi air putih
maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah
menjamu tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah.
5. Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban
memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari
waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:
اَلضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ
ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةُ عَلَيْهِ (متفق عليه)
Artinya: “ Menghormati tamu itu sampai tiga
hari. Adapun selebihnya adalah merupakan sedekah baginya.” (HR Muttafaqu Alaihi)
6. Antarkan sampai ke pintu halaman
jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat
menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah mengantarkan tamunya sampai ke
pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati tuan
rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.
c. Hikmah dan Tujuan Menerima Tamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu yaitu
mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar sesama manusia.
Adab Bertamu atau Menerima Tamu dalam Islam
A. Adab Berpergian dalam Islam
a. Pengertian Berpergian
Dalam Islam, berpergian (rihlah) bermakna berpindah dari satu
tempat ke tempat lainnya untuk mencapai tujuan baik materi maupun nonmateri.
Adapun gerakan yang dilakukan selama rihlah dalam menempuh suatu jarak tertentu
disebut safar.
b. Contoh Berpergian
1. Berpergian untuk keselamatan
Contoh : hijrah yang dilakukan
nabi dan para sahabat saat dakwah islam pertama di Mekkah.
2. Berpergian untuk tujuan keagaman
Contoh : berpergian untuk menuntut
ilmu, silaturahmi, mencari ibrah (hikmah atas kebesaran Allah), menggunjungi
tempat-tempat mulia, dan lain-lain.
3. Berpergian untuk kemaslahatan
duniawi
Contoh : berpergian untuk
menengahi sebuah pertikaian, untuk dakwah, untuk bermusyawarah hal-hal penting,
dll.
4. Turisme
Contoh :
naik gunung, berwisata ke suatu tempat,dll.
c. Hikmah dan Tujuan Berpergian
v Hikmah
Berpergian
Hikmah rihlah bukan hanya menambah
ikatan cinta antar anggota masyarakat karena saling kunjung mengunjungi tapi
juga memperdalam ketaatan kepada Allah. “Maka
tidakkah mereka mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga dapat memperhatikan
bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka ; Allah telah menimpakan
kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat)
seperti itu.” (QS. 47:10).
v Tujuan
Berpergian
Di dunia, dalam kehidupan manusia,
Islam selalu menyerukan agar manusia dalam bepergian dan bergerak menghasilkan
kebaikan dunia dan akhirat. Dari maksud tersebut, manusia akan mendapatkan
nilai plus pada rihlah. Jadi bukan hanya kesenangan saja yang didapat dari
rihlah itu tetapi pahala atau ganjaran dari Allah SWT juga akan diraih. Urusan
seorang muslim bergerak dan berpindah-pindah untuk mendapatkan rezeki, menuntut
ilmu, melaksanakan haji atau umrah, menjenguk kawan, menjenguk orang sakit dan
sebagainya. Semua kegiatan tersebut bernilai ibadah jika tujuan berpergian
dalam rangka mencari ridho Allah semata.
B. Adab Bertamu dalam Islam
a. Pengertian Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara
untuk menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi
kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap
dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar
maka tujuan bertamu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan
persaudaraan. Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu
pada tiga waktu aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan
sebelum subuh. Allah SWT berfirman:
Artinya: “hai orang-orang yang beriman,
hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang
yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu
hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian
(luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’.(Itulah) tiga ‘aurat bagi
kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga
waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada
sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS An Nur : 58)
Ketiga waktu tersebut
dikatakan sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya digunakan.
Lazimnya, orang yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana
(karena panas misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak
dan anak-anak kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah
dan ibunya, apalagi orang lain yang bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut
tidak mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak istirahat, karena
terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya.
b. Contoh Bertamu
1. Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian
yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang
berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula
sebaliknya. Allah SWT berfirman :
Artinya: “Jika kamu berbuat baik (berarti)
kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka
(kejahatan) itu bagi dirimu sendiri.... ” (QS
Al Isra : 7)
2. Memberi isyarat dan salam ketika
datang
Allah SWT
berfirman:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan
memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat.” (QS An
Nur : 27)
Diriwayatkan
bahwa:
اِنَّ رَجُلاً اِسْتَأْذَنَ عَلى النَّبِيِّ ص م وَ
هُوَ فِى بَيْتٍ فَقَالَ : “اَلِجُ” فَقَالَ النَّبِيُّ ص م لِجَادِمِهِ :
اُخْرُجْ اِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِأْذَانَ فَقَلَ لَهُ : قُلْ “السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَسَمِعَهُ الرِّجَلْ فَقُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ
اَدْخُلْ” فَاَذِنَ النَّبِيُّ ص م قَدْ دَخَلَ (رواه ابو داود)
Artinya:”Bahwasanya
seorang laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau ada
di dalam rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda kepada
pembantunya: temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan
kepadanya agar ia mengucapkan “Assalmualikum, bolehkah aku masuk” lelaki
itu mendengar apa yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alaikum,
bolehkah aku masuk?” nabi SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)
3. Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang
artinya: “Dari Sahal bin Saad
ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari sebuah lubang pintu rumah
Rasullulah SAW dan pada waktu itu beliau sedang menyisir rambutnya. Maka
Rasullulah SAW bersabda: ”Jika aku tahu engkau mengintip, niscaya aku colok
matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk meminta izin itu adalah karena
untuk menjaga pandangan mata.” (HR
Bukhari)
4. Minta izin masuk maksimal sebanyak
tiga kali
Jika telah tiga kali namun belum
ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang pada lain
kesempatan.
5. Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum
tahu/belum kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas, terutama
jika bertamu pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “Dari Jabir ra la berkata: Aku
pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu rumah beliau. Nabi
SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda: “Saya,
saya...!” seakan-akan beliau marah.” (HR
Bukhari)
Kata “Saya” belum memberi
kejelasan. Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama dirinya secara jelas
sehingga tuan rumah tidak ragu lagi untuk
menerima kedatangannya.
6. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam
rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang
berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya.
Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama
halnya mengundang bahaya bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup
ditemui diluar saja.
7. Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan
untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang
telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana
secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat
menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari
kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya),
lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin
memperhatikannya.
8. Menerima jamuan tuan rumah dengan
senang hati
Apabila tuan rumah memberikan
jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak
menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya tidak suka
dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa
menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah
mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah
menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.
9. Mulailah makan dengan membaca basmalah
dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah
hadits yang artinya: “Jika
seseorang diantara kamu hendak makan maka sebutlah nama Allah, jika lupa
menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” (HR Abu Daud dan Turmudzi)
10. Makanlah
dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih
Islam telah memberi tuntunan bahwa
makan dan minum hendaknya dilakukan dengan tangan kanan, tidak sopan dengan
tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya
dilakukan saat bertamu saja. Melainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah
sendiri maupun di rumah orang lain.
11. Bersihkan
piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa
malu apabila piring yang habis digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada
makanan yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap. Islam
memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia
yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan
tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu
menyisakan makanan pada piring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan
rasa jijik bagi yang melihatnya.
12. Segeralah
pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan
untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan
harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan
berkunjung. Hendaknya dihindari pembicaraan yang tidak ada ujung pangkalnya,
terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang
waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah
telah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan
rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan rumah
menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai
membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekedar
pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika
tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
c. Hikmah dan Tujuan Bertamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu yaitu
mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar sesama manusia.
C. Adab Menerima Tamu dalam Islam
a. Kewajiban Menerima Tamu
Sebagai agama yang
sempurna, Islam juga memberi tuntunan bagi umatnya dalam menerima tamu.
Demikian pentingnya masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW
menjadikannya sebagai ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur
kesempurnaan iman seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah
SAW:
مَنْ كَاَنَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ
فَالْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى)
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah
dan hari akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.”(HR Bukhari)
b. Contoh Menerima Tamu
1. Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu,
tuan rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas pula dalam menerima
kedatangan tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu berarti
menghormati tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang
berpakain rapi, bersih dan sopan. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “ Makan dan Minumlah kamu,
bersedekah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan sombong dan
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas nikmatnya pada
hambanya.” (HR Baihaqi)
2. Menerima tamu dengan sikap yang
baik
Tuan rumah hendaknya menerima kedatangan
tamu dengan sikap yang baik, misalnya dengann wajah yang cerah, muka senyum dan
sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan tidak mau
memandangnya secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat kepada tamu
berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.
3. Menjamu tamu sesuai kemampuan
Termasuk salah satu cara
menghormati tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
4. Tidak perlu mengada-adakan
Kewajiban menjamu tamu yang
ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan rumah. Oleh sebab itu,
tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah
yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi yang kurang
mampu hendaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu memberi air putih
maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada, cukuplah
menjamu tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah.
5. Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban
memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari
waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:
اَلضِّيَافَةُ ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ
ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةُ عَلَيْهِ (متفق عليه)
Artinya: “ Menghormati tamu itu sampai tiga
hari. Adapun selebihnya adalah merupakan sedekah baginya.” (HR Muttafaqu Alaihi)
6. Antarkan sampai ke pintu halaman
jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat
menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah mengantarkan tamunya sampai ke
pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati tuan
rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.
c. Hikmah dan Tujuan Menerima Tamu
Hikmah dan Tujuan Bertamu yaitu
mempererat tali silaturrahim dan semangat kebersamaaan antar sesama manusia.